Mengenang Sang Guru (4)

essay Mengenang SANG GURU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Seniman dari Peliatan adalah seniman Bali yang pertama kali bisa tampil di dunia internasional ketika gamelan Peliatan, Sekaa Gong Gunung Sari diundang untuk tampil pada Paris Colonial Exhibition, tahun 1931. Ketika itu para seniman tari, tabuh, lukis, patung dari Peliatan, melalui hasil berkeseniannya membuat Seni Bali dikenal di kalangan komunitas seniman Eropa pada waktu itu. Kunjungan ini menjadi salah satu cikal bakal dikenalnya seni pertunjukan Bali di mancanegara.

Meskipun berada dibawah pemerintahan Hindia Belanda, kegiatan berkesenian pada waktu itu tegrolong sangat khusus dan diapresiasi baik oleh banyak kalangan baik itu masyarakat Bali, pemerintah, maupun warga asing yang tinggal di Bali. Pada tahun 1937 Pemerintah Kolonial Belanda mensponsori sebuah kompetisi Gong Kebyar antar sekaa – sekaa terbaik, yang diadakan di lapangan terbuka di Gianyar. Dari kompetisi ini sekaa dari Peliatan dinobatkan sebagai pemenang dan mendapat penghargaan berupa sebuah plakat, bendera, dan pembebasan selama satu tahun atas kebijakan kerja rodi pembuatan jalan raya. (Peliatan Legend, 1993)

Mengenang Sang Guru Press Release
at Istana Presiden Tampaksiring. From the left : President Sukarno, Ayu Bulantrisna Djelantik, (?), Suryawati Djelantik, A.A.Gde Bagus Mandera Erawan (Photo Doc. Bulantrisna Djelantik)

Seiring dengan berjalannya waktu, selama beberapa periode yaitu tahun 1950an kegiatan seni di Peliatan pasang surut dikarenakan situasi keamanan yang tidak menentu. Bahkan pimpinan penari perempuan, janger dari Peliatan diculik dan dipaksa kawin oleh seorang Ambon yang menjadi Komandan Militer di Bali. Setelah itu dia kembali ke Jawa dan posisinya diganti oleh Islam Salim (John Coast, 1953, Dancing Out of Bali). Meskipun ketika itu situasi politik tidak kondusif apalagi dibarengi dengan adanya revolusi nasional pada waktu itu hingga menjadikan Bali berada dibawah hukum militer, namun ini semua tidak menyurutkan niat seorang impresario asal Inggris, John Coast, untuk suatu saat membawa grup gamelan Bali pentas ke luar negeri. Dan akhirnya pada tahun 1952, John Coast mendapat dukungan penuh dan ijin dari Presiden Sukarno untuk membawa grup Gunung Sari Peliatan melakukan tour pementasan ke Eropa dan Amerika.

Dan pada tahun-tahun berikutnya yaitu 1971 diadakan pementasan di Australia, dan 1981 di New York dan Meksiko.

Mengenang Sang Guru
Sekaa Gong Gunung Sari – Musicians

Setelah beberapa dekade, meskipun banyak anggota Gunung Sari sudah pensiun, namun anak-anak mereka, cucu-cucu mereka, melanjutkan tradisi ini, hingga grup ini sampai sekarang masih aktif dalam berkesenian melestarikan tari dan tabuh klasik Peliatan. Pada malam pementasan 26 Agustus 2007 itu, sebagai pembuka Sekaa Gong Gunung Sari menampilkan Tabuh Kapiraja, sebuah instrumental kebyar klasik. Tabuh ini berasal dari Bali utara yang secara khusus dipelajari atas saran I Made Lebah untuk dijadikan tabuh pembuka dalam setiap pementasan yang diadakan pada jaman itu, juga pada pementasan-pementasan yang akan dilakukan selanjutnya pada tour Eropa Amerika (1952).

Setelah tabuh Kapiraja, disusul dengan tari Gabor (Pendet Peliatan). Merupakan tarian pembukaan atau penyambutan klasik yang diadaptasi dari tari Pependetan (tari sakral yang dipentaskan saat pelaksanaan upacara di Pura-pura). Tari Gabor ini ditarikan oleh delapan orang dari generasi tahun 1970an yaitu Luh Mas, Jero Puspa, Jero Winari, Suryawati Djelantik, Gst Ayu Raka, Nyoman Remini, Dayu Agung Anggraini, dan Cok Parmini.

Mengenang Sang Guru
Gunung Sari – Pendet: Luh Mas, Jero Puspa, Jero Winari, Suryawati Djelantik, Gst Ayu Raka, Nyoman Remini, Dayu Agung Anggraini, Cok Parmini

Hal lain yang menarik disini, sesuai yang dikatakan beberapa penari Pendet ini kepada saya adalah bahwa tarian ini dibuat atas permintaan Presiden Sukarno, sebagai tarian pembukaan dalam acara-acara penyambutan tamu Negara di Istana Presiden Tampaksiring pada masa itu.

+++++
Author : kadek ferry © f-studio
Photo 1 : Doc. Ayu Bulantrisna Djelantik (MSG – Press Conference)
Photo 2&3 : Doc. Mengenang Sang Guru 2007