Rangda Dalam Tari Bali

Rangda

Barong dan Rangda memiliki beberapa makna, yaitu sebagai simbol kekuatan tuhan yang berstana dapat dalam bentuk Barong, Rangda, atau perwujudan lainnya yang telah disucikan yang akan melindungi pengikutnya atau warganya.

Rangda (simbol kekuatan negatif), dan Barong (simbol kekuatan positif)

Kalau dalam mitologi umum Barong dan Rangda juga dimaknai sebagai dua simbol kekuatan yang berimbang yang sama-sama memiliki keabadian dan tidak dapat dimusnahkan. Barong dimaknai sebagai simbol kekuatan positif atau kebaikan, sedangkan Rangda adalah kekuatan negatif atau kebatilan. Dua kekuatan ini akan selalu ada dalam kehidupan ini.

Rangda dalam mitologi lainnya juga dipercaya sebagai penjelmaan Dewi Durgha yang bertugas sebagai pemusnah atau pelebur. Ia akan melebur segala sesuatu yang memang sudah digariskan harus dilebur atau dimusnahkan. Ini dapat dilihat dari berbagai simbol yang ada pada Rangda seperti:

Rangda penjelmaan Durgha (pelebur, pemusnah)

> lidah menjulur panjang – mempunyai arti selalu lapar dan ingin selalu memangsa
> lidah berapi-api – lambang pembakaran tiada ampun
> mata melotot – sifat kemurkaan, dan bengis
> taring panjang – sifat kejam dan buas
> simbol api di kepala – simbol sinar kesaktian

Dalam konteks pementasan tari Bali, Rangda ini sering ditarikan sebagai wujud dari sifat simbol-simbol diatas. Seperti pada pementasan tari Barong dan Rangda, atau tari-tari lainnya yang menunjukkan wujud seram, kemurkaan, atau keraksasaan.

Dalam tari Legong pun ada, yaitu pada Legong Semarandana, dimana ketika Siwa yang pertapaannya diganggu ia murka dan membakar tiada ampun segala sesuatu yang ada di hadapannya. Pada bagian cerita ini salah satu Penari Legong berperan sebagai Siwa yang sedang murka dan berwujud sebagai pemusnah. Penari Legong dalam wujud pelebur ini menari menggunakan Rangda.

m menari Rangda (perwujudan kemurkaan Siwa) dalam tari Legong Semarandana
Ngayah di Pura Gunung Sari Peliatan

Rangda dalam foto ini adalah Rangda dari Sanggar Dewi Sri, sering dipentaskan untuk ngayah di Pura-pura dan pementasan lainnya. Sanggar Dewi Sri memiliki dua buah Rangda untuk ditarikan, satu dengan rambut coklat, dan satunya lagi rambut putih. Rangda berambut putih ini adalah Rangda yang pernah ditarikan oleh m (mayumi inouye) ketika ngayah menari Legong Semarandana di pura-pura di Peliatan beberapa waktu yang lalu.

I Ketut Subrata sebelum memakai Rangda untuk ditarikan

Penari dari Rangda berambut coklat yang ada di foto-foto pada halaman ini adalah I Ketut Subrata (Jambot), asal dari Banjar Kalah Peliatan. Ia biasanya menari Rangda pada bebeberapa pentas Barong dan pentas Calonarang di Pura.