Umbul-umbul Bali

“Umbul-umbul” adalah sejenis bendera Hindu Bali dengan tinggi 5 sampai 10 meter, berlukiskan naga yang sangat dekoratif dan agung. Sering ditempatkan di area Pura-Pura atau digunakan sebagai sarana dalam parade prosesi Hindu Bali.

Umbul Umbul
Umbul Umbul – Ngiring Budal Ida Betara Ratu Gede Dalem Peliatan

Ini semua berawal dari sebuah tanggungjawab sosial (ngayah) yang ditujukan ke salah seorang pelukis style tradisional dari Br. Kalah, Peliatan, untuk membuat lukisan umbul-umbul, yang akan ditempatkan di Pura dalam setiap perayaan upacara keagamaan atau odalan.

Membuat lukisan tradisional adalah memerlukan kemampuan khusus dan keuletan yang sangat tinggi. Awalnya kami merasa tidak mungkin untuk bisa melukis corak ini, yang begitu rapi dan detail. Lagipula kami bukanlah pelukis, atau sedikit tidaknya orang yang sudah terbiasa dengan sebatang kuas, cat, warna, dan kanvas.

Namun berkat motivasi dari seorang pelukis tradisional, I Ketut Madra, mengajak kami dengan singkat kata mengatakan “mari ikut ngayah”, ini semua menjadi mungkin.

Dengan tekad ngayah tersebut, kami berusaha membuat sebuah goresan, dalam lukisan umbul-umbul ini. Meskipun dalam waktu yang sangat terbatas dengan perasaan yang sangat kuat, dan penuh semangat kami semakin dilibatkan dalam penyelesaian umbul-umbul ini. Tiap harinya selama dua minggu, waktu 8 jam terasa sangat singkat. Bapak I Ketut Madra dibantu adiknya Bapak Madri yang juga seorang pelukis tradisional, serta kami kadek ferry ( f ) dan m (mayumi inouye) bisa menyelesaikannya dengan baik, sehingga memberikan kepuasan tersendiri serta menenangkan hati dan pikiran.

Umbul-umbul yang dibuat ini untuk pertamanya digunakan pada saat upacara “Ngiring Budal Ida Betara Ratu Gede Dalem Peliatan” dari Pura Dalem Puri, tanggal 12 Des 2009, setelah beberapa hari “nyeneng” (berstana) selama odalan di pura tersebut.

Nilai filsafat dari “umbul-umbul” sesuai yang dipublikasikan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) adalah bahwa kita sebagai manusia hendaklah tidak hidup dalam kesombongan. Filsafat ini didasarkan atas mitologi yang tertulis dalam epos Mahabharata, kisah Arjuna dengan Hanoman.

Yudistira ingin membangun sebuah istana yang indah, untuk itu ia memerintahkan adiknya, Arjuna untuk mencari contoh-contoh istana. Menurut cerita konon di seberang lautan terdapat sebuah istana indah yaitu Istana Alengka (kerajaannya Rahwana), tempat Dewi Sita ditawan oleh Rahwana.

Arjuna meminta bantuan Krishna untuk pergi menuju istana tersebut. Setelah sampai di tepian pantai, Krishna melihat sebuah jembatan yang kokoh dan panjang, jembatan penyebrangan laut menuju Istana Alengka, mengingatkan Krishna akan loyalitas Hanoman, sewaktu Krishna terlahir sebagai Sri Rama. Jembatan itu dibangun oleh Hanoman dan para prajurit kera, dalam persiapan pertempuran menyerang Istana Alengka.

Ketika Hanoman sedang melaksanakan meditasi, dia merasakan hal yang sama dengan Krishna, hingga ia terbangun dari meditasinya dan datang menghampiri Krishna. Setelah Hanoman tiba, Arjuna berkata kepada Krishna bahwa ia tidak percaya kalau Hanoman begitu sakti sehingga bisa membuat jembatan ini. Ia ingin membuktikan bahwa ia juga bisa membuat jembatan yang sama hanya dalam waktu sekejap, tidak seperti Hanoman dan para pasukan kera yang membuat jembatan ini berhari-hari.

Arjuna berkata bahwa kalau dia tidak bisa membuat jembatan yang sama dalam sekejap, ia akan menyembah Hanoman. Maka ia pun melepaskan sebuah panah naga, yang tiba-tiba berubah menjadi jembatan yang kelihatan sama kokohnya dengan jembatan sebelahnya. Hanoman pun melompat ke atas jembatan dari panah Arjuna, dan tiba-tiba jembatan itu roboh.

Setelah itu, Krishna juga melepaskan panahnya dan jembatan itu kembali utuh. Hanoman pun lagi melompat ke atas jembatan itu, dan ternyata jembatan itu tidak roboh. Seketika itu Hanoman semakin sadar kalau Krishna itu dulunya adalah junjungannya, rajanya.

Maka Hanoman langsung menyembah Krishna, setelah itu Arjuna pun ikut menyembah Hanoman sesuai janjinya. Namun Hanoman berkata, manusia tidak boleh menyembah binatang, dan saya masih berupa kera. Meskipun demikian Arjuna tetap ingin menyembah Hanoman, dan Hanoman pun terus menolak untuk disembah.

Melihat perdebatan ini, Krishna menasehati Arjuna agar tidak merasa diri adalah yang paling sakti, tidak ada makhluk di dunia ini yang sakti, hanya Sang Hyang Widhi yang sakti, untuk itu hanya Beliaulah yang patut disembah.

Agar hutang Arjuna dapat terbayar, maka jembatan yang dibuat Arjuna dikutuk menjadi “umbul-umbul”, dengan pesan kepada seluruh manusia agar tidak lupa diri seperti Arjuna. Untuk itu di berbagai Pura ditancapkan “umbul-umbul” yang berlukiskan naga (simbol dari panah naga Arjuna) dan bendera (kober) berlukiskan Hanoman, dengan harapan agar selalu ingat akan peristiwa Arjuna dengan Hanoman.

Nilai filsafat dari ‘Umbul-umbul’ adalah bahwa kita sebagai manusia hendaklah tidak hidup dalam kesombongan. Filsafat ini didasarkan atas mitologi yang tertulis dalam epos Mahabharata, kisah Arjuna dengan Hanoman.

please check : Umbul Umbul Dragon 2009-2013